Wartadki.com-Bogor – Perkembangan pembangunan kawasan binis, industri dan pemukiman kota yang begitu massif, memerlukan pengembangan pemikiran dan tindakkan nyata agar pertanian di perkotaan juga tetap bertahan dan berkembang sesuai dengn tuntutan zaman.
Seperti yang diungkapkan Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Ir. Tri Agustin Satriani, MM mewakili Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian sebagai key note speaker dalam acara 3th Symposium for Sustainable Development yang diselenggarakan Departemen Landskap Institut Pertanian Bogor (IPB) di IICC Bogor (14/10).
“Kami sangat senang dan mendukung jika ada masyarakat yang ingin megembangkan pertanian di perkotaan,” kata Tri Agustin.
Tri Agustin menjelaskan bahwa, pertanian perkotaan atau urban farming merupakan kegiatan sangat positif dan membawa banyak manfaat bagi ibu-ibu dalam mendekatkan pangan terhadap keluarga sekaligus memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA).
“Pemerintah sangat mendukung kegiatan seperti ini sehingga dapat mewujudkan generasi yang sehat dan produktif,” tegasnya.
Memanfaatkan Perkarangan Secara Optimal
Dalam mengoptimalkan lahan pekarangan, BKP telah melakukan program aksi pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) sejak tahun 2009.
Dalam program ini Pemerintah memberikan bantuan dan pembinaan kepada kelompok masyarakat khususnya kelompok wanita tani dan dasa wisma untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga.
Bantuan diberikan dalam bentuk kebun bibit dan demplot, sehingga diharapkan keberadaan KRPL bisa berkelanjutan.
“Kami juga memberi bantuan kepada Sekolah Dasar (SD) untuk membangun kebun bibit dan pekarangan, agar anak dapat belajar untuk mencintai pertanian dan meningkatkan pengetahuan akan konsumsi pangan lokal,” Ujar Tri Agustin.
Symposium yang dihadiri oleh Dr. Ir. Afra DN Makalew, M.Sc. ini merupakan acara ketiga yang diselenggarakan oleh Departemen Landskap IPB.
Selain Dark Indonesia, juga hadir pembicara dari Jepang, Jerman, dan Belanda. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat dirumuskan model pemanfaatan pekarangan yang optimal dan berkelanjutan, sehingga dapat diadopsi di Indonesia.
Sedangkan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan diversifikasi konsumsi pangan, kedepannya akan dikembangkan kepada kelompok masyarakat yang lebih besar, seperti pondok pesantren maupun lembaga keagamaan lainnya.
Diharapkan model urban farming dapat dikembangkan oleh generasi muda sehingga menjadi gaya hidup sebagaimana adanya tren urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke perkotaan.