DKI Jakarta – Ketua Komisi Eropa (EC) Jean-Claude Juncker menyatakan kini dalam forum internasional maupun di Uni Eropa (UE) dirinya lebih suka memberikan pidato dalam Bahasa Prancis karena Bahasa Inggris menjadi kurang signifikan lantaran pengaruh Inggris kian memudar.
“Perlahan, tapi pasti Bahasa Inggris kalah penting di Eropa,” ujarnya pada sebuah konferensi di Kota Florence, Italia, yang menuai tawa dan tepuk tangan para hadirin pejabat UE, pemimpin lokal dan mahasiswa Italia, berkaitan dengan kebijakan Inggris keluar dari UE (British Exit/Brexit).
Juncker, warga negara Luksemburg yang fasih berbahasa dalam sejumlah budaya bangsa di Eropa, biasanya lancar dan rutin menggunakan Bahasa Inggris di pertemuan internasional.
Namun, ia pun memberi alasan juga ingin berbicara Bahasa Prancis agar lebih dipahami rakyat di Prancis menjelang putaran final pemilihan presiden di negeri itu pada akhir pekan ini.
Konferensi mengenai keadaan UE tersebut diselenggarakan saat munculnya ketegangan antara pihak Brussels, Ibu Kota Belgia yang juga menjadi pusat kegiatan utama UE, dan Inggris menjelang pembukaan perundingan resmi Brexit dari blok 28 negara itu.
Juncker mengatakan keputusan Inggris untuk keluar dari UE, berdasarkan hasil referendum rakyatnya pada 2016, adalah “sebuah tragedi”.
“Kami akan bernegosiasi dengan teman-teman Inggris kami secara adil, tapi jangan lupa bahwa Uni Eropa tidak meninggalkan Inggris. Ini adalah sebaliknya. Dan, itu akan membuat perbedaan di tahun-tahun mendatang,” ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May pada Rabu (3/5) menuduh para politisi dan pejabat Eropa berusaha untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum nasional di Inggris pada 8 Juni 2017 dengan mengeluarkan ancaman terhadap Brexit.
Sebuah surat kabar Jerman pada akhir pekan lalu membuat laporan yang memberatkan terkait makan malam minggu antara May dan Juncker, dengan melaporkan bahwa Juncker telah mengatakan kepada May bahwa Brexit tidak akan sukses.
Presiden Parlemen Eropa (EP), Antonio Tajani, berkata dalam konferensi di Florence bahwa tidak ada yang mencoba merendahkan May, yang mengatakan bahwa dirinya menyelenggarakan pemilihan umum yang dipercepat di Inggris untuk memperkuatnya dalam negosiasi Brexit.
“Tidak ada yang mau ikut campur dalam pemilihan Inggris, kami senang bahwa pada awal proses ini akan ada pemerintah yang stabil dengan mandat untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Tajani.
Ia juga mengatakan bahwa perhatian utamanya adalah melihat hak sekitar tiga juta warga UE, yang tinggal di Inggris harus tetap terjaga.
Adapun Juncker mengakui bahwa UE memiliki “kelemahan”, dan sebagian dipersalahkan atas keputusan Inggris untuk meninggalkannya.
Namun, ia menilai keberhasilan UE, termasuk membantu menjaga kedamaian antar-bangsa, sering diabaikan.
“Kami dikritik, hancur berkeping-keping, tapi di tempat lain di dunia kami dikagumi. Kami telah mengatasi pertumpahan darah berabad-abad,” ujarnya menambahkan. (antara)