Wartadki.com|Jakarta- Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan I-2019 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 59,03 persen; kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,36 persen, Pulau Kalimantan 8,26 persen; dan Pulau Sulawesi 6,14 persen; serta sisanya 5,21 persen disumbangkan pulau-pulau lainnya yang meliputi Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua masing-masing sebesar 3,02 persen dan 2,19 persen. Hal ini diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam keterangan pers di kantor BPS Pusat, Jakarta, Senin (6/5) siang.
Pertumbuhan Ekonomi 5,07 persen
Pertumbuhan ekonomi secara nasional dibandingkan dengan triwulan I-2018 (y-on-y), maka pada triwulan I-2019 tumbuh 5,07 persen.
“Pertumbuhan didukung semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Jasa Perusahaan sebesar 10,36 persen; diikuti Jasa Lainnya sebesar 9,99 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 9,03 persen; dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 8,95 persen,” kata
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2019 (y-on-y), menurut Kepala BPS itu, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 0,83 persen; diikuti Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,70 persen; Konstruksi sebesar 0,59 persen; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 0,47 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 2,48 persen.
Suhariyanto memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2019 terhadap triwulan IV-2018 (q-to-q) diwarnai faktor musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh ekspansif sebesar 14,10 persen.
Pertumbuhan positif juga terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 3,33 persen; Informasi dan Komunikasi sebesar 2,77 persen; Real Estat sebesar 2,52 persen; Jasa Perusahaan sebesar 2,44 persen; dan beberapa lapangan usaha lainnya. Namun, pertumbuhan lapangan usaha tersebut di atas tidak cukup menahan terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2019 sebesar 0,52 persen.
“Hal ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha yang memiliki kontribusi besar seperti: Konstruksi; Pertambangan dan Penggalian; Transportasi dan Pergudangan; dan Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,” jelas Suhariyanto.
Menurut Kepala BPS Suhariyanto, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2019 terhadap triwulan I-2018 (y-on-y) terjadi pada hampir semua komponen. Pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 16,93 persen; diikuti Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 5,21 persen; dan Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,03 persen.
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-2019 (y-on-y), lanjut Kepala BPS, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 2,75 persen, diikuti Komponen PMTB sebesar 1,65 persen. Sementara sumber pertumbuhan ekonomi dari komponen lainnya sebesar 0,67 persen.
Kontraksi Pertumbuhan
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, ekonomi Indonesia triwulan I-2019 terhadap triwulan IV-2018 (q-to-q) terkontraksi sebesar 0,52 persen. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi hampir di seluruh komponen PDB pengeluaran, kecuali Komponen PK-LNPRT dan Komponen PK-RT yang tumbuh masing-masing sebesar 6,58 persen dan 0,04 persen