Bogor – Kekhawatiran dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pendidikan membuat para pengurus MI Mathlaul Anwar memutuskan dan berinisiatif membuat gubuk sebagai tempat belajar sementara. Masih minimnya pembangunan infrastruktur baik sarana prasarana, tidak sesuai dengan jargon yang selama ini digaungkan Pemerintah Kabupaten Bogor yakni menjadi kabupaten termaju se-Indonesia.
Hal itu tercermin masih adanya bangunan sekolah yang kondisinya masih memprihatinkan, seperti yang terjadi pada Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar Panggeleseran. Kondisi sekolah yang terkena dampak longsor di Kampung Panggeleseran Desa Banyuwangi Kecamatan Cigudeg itu, hingga siswa-siswinya harus mengenyam pendidikan di gubug seadanya yang dibangun oleh warga secara swadaya.
Sejak rumah relokasi bencana diresmikan Bupati Bogor (27/02/16) silam, MI Mathla’ul Anwar (MA) Panggeleseran yang seluruh siswanya terkena dampak longsor dan ikut direlokasi, kondisi mereka saat ini sangat memprihatinkan. Itu dikarenakan sekolah mereka yang hingg kini belum dibangun kembali.
Ketua Pengurus Daerah Mathla’ul Anwar (MA) Abdul Aziz didampingi Sekretaris Umum, Dede Fahruroji dan sekretaris Bidang Hukum dan Hak Azasi Manusis Uwaisul Qorni, Jumat (21/04/17) langsung menyambangi MI Mathlaul Anwar Panggeleseran. Azis mengungkapkan keprihatinannya ternyata masih ada anak bangsa yang harus belajar di dalam gubuk yang pengap dan kotor. “Tempat ini sangat tidak layak digunakan untuk mencetak generasi masa depan bangsa. Dan ini harus mendapat perhatian serius dari semua pihak terutama pemerintah,” ungkap Azis yang ditemui Wartawan.
Lebih lanjut Azis menyatakan, dirinya sangat miris kalau MI Mathlaul Anwar Panggeleseran ini tidak mendapatkan prioritas, sementara ada banyak anak bangsa yang harus mendapatkan layanan pendidikan yang baik. “Saya sangat miris atas ketidak adilan ini, madrasah ini telah terbukti mengabdikan diri untuk mencerdaskan anak bangsa dan telah hadir sejak 1995 di Kampung Panggeleseran ini. Tapi, lihat mereka sekarang harus belajar di dalam gubug yang pengap dan kotor,” kecam Azis.
Sementara pendiri MI Mathlaul Anwar Panggeleseran dudi Supardi, A.Ma mengakui kalau pihaknya telah berupaya semaksimal mungkin untuk membangun ruang kelas sehingga proses belajar siswa bisa berjalan dengan baik, “Kami telah mengajukan bantuan, mulai ke Kepala BPBD, Bupati Bogor bahkan ke Menteri Agama tetapi sampai saat ini tidak ada kabar beritanya,” keluh Dudi
“Saat ini kami harus bagaimana lagi, sementara kami tidak mau anak anak jadi korban, apalagi yang kelas VI akan segera menempuh ujian akhir, makanya kami berinisiatif menggunakan gubug untuk melaksanakan proses belajar bagi anak anak,” pungkasnya. (wawan suherman)
previous post